Prabowo Instruksikan Pemeriksaan Total Bangunan Pesantren Resmi

Senin, 06 Oktober 2025 | 10:02:57 WIB
Prabowo Instruksikan Pemeriksaan Total Bangunan Pesantren Resmi

JAKARTA - Tragedi ambruknya musala di Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny, Sidoarjo, menjadi perhatian serius Presiden Prabowo Subianto. Tidak ingin kejadian serupa terulang, Presiden langsung menginstruksikan langkah konkret untuk memastikan keamanan bangunan di seluruh pesantren resmi di Indonesia.

Perintah tersebut disampaikan Prabowo kepada Menteri Koordinator Bidang Pemberdayaan Masyarakat Muhaimin Iskandar atau Cak Imin. Ia menekankan agar seluruh pondok pesantren diperiksa kekuatan struktur bangunannya dan segera diperbaiki bila ditemukan potensi bahaya.

Instruksi itu disampaikan saat Presiden memanggil sejumlah menteri ke kediaman pribadinya di Jalan Kertanegara, Jakarta, pada Minggu malam, 5 Oktober 2025. Pertemuan tersebut membahas berbagai program pemerintah, termasuk langkah darurat pasca-insiden tragis di Sidoarjo.

Sekretaris Kabinet Teddy Indra Wijaya mengatakan bahwa Presiden memberikan perhatian khusus terhadap keamanan fisik pesantren. “Presiden memerintahkan Menko Pemberdayaan Masyarakat, Muhaimin Iskandar, untuk memeriksa sekaligus memperbaiki pondok pesantren resmi yang perlu dicek kekuatan struktur bangunannya,” ujar Teddy.

Pemerintah Siapkan Langkah Perbaikan dan Bantuan

Selain pemeriksaan, Prabowo juga meminta agar Cak Imin memberikan pendampingan langsung kepada para pemilik pondok pesantren dalam proses renovasi atau pembangunan gedung baru.

Menurut Teddy, Presiden menekankan pentingnya memperhatikan aspek keamanan sejak awal pembangunan agar tidak terulang musibah serupa. “Serta memberikan bantuan dan menekankan kepada pemilik pondok untuk memperhatikan betul proses renovasi atau pengembangan gedung bila hendak membangun pondoknya,” jelasnya.

Langkah ini menunjukkan komitmen pemerintah untuk tidak hanya memperbaiki fasilitas yang rusak, tetapi juga memperkuat sistem pengawasan terhadap pembangunan gedung pendidikan berbasis keagamaan. Pemeriksaan dan perbaikan total menjadi prioritas utama dalam waktu dekat.

Dengan kebijakan tersebut, diharapkan seluruh pondok pesantren dapat memiliki bangunan yang aman, layak, dan sesuai standar konstruksi yang berlaku. Prabowo menilai, keselamatan para santri dan pengajar harus menjadi hal yang utama.

Tragedi Ponpes Al Khoziny Jadi Peringatan Nasional

Perintah Presiden muncul hanya beberapa hari setelah tragedi robohnya musala di Ponpes Al Khoziny, Sidoarjo, Jawa Timur, yang terjadi pada Senin, 29 September 2025. Musala empat lantai itu ambruk dan menimbun puluhan orang yang sedang beraktivitas di dalamnya.

Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, menyampaikan bahwa hingga Minggu, total 40 jenazah telah ditemukan dari reruntuhan bangunan.

“Tim SAR gabungan masih terus bekerja siang malam. Alat berat seperti pemecah beton dan eskavator terus dikerahkan untuk menyingkirkan material,” ujar Abdul.

Upaya pencarian korban dilakukan dengan intensitas tinggi. Hingga pukul 18.00 WIB di hari yang sama, tim berhasil menemukan 15 jenazah dalam sehari angka tertinggi sejak proses evakuasi dimulai.

“Rabu, 1 Oktober, kami temukan tiga jenazah, Kamis dua, Jumat sembilan, Sabtu sebelas, dan hari ini lima belas. Ini menunjukkan upaya tim mulai membuahkan hasil seiring beton yang bisa disingkirkan,” tambahnya.

Fokus Pemerintah: Keselamatan Santri dan Kelayakan Gedung

Insiden memilukan di Sidoarjo membuka mata pemerintah tentang pentingnya pengawasan menyeluruh terhadap kondisi fisik lembaga pendidikan keagamaan. Banyak bangunan pesantren berdiri tanpa pengawasan teknis memadai, sementara aktivitas santri di dalamnya berlangsung setiap hari.

Dengan latar belakang itu, Presiden Prabowo menekankan perlunya sistem yang menjamin keselamatan para penghuni pesantren. Ia ingin agar setiap pondok pesantren resmi memiliki sertifikasi kelayakan bangunan, terutama untuk fasilitas utama seperti asrama, ruang belajar, dan tempat ibadah.

Pemeriksaan menyeluruh oleh Kementerian Pemberdayaan Masyarakat menjadi langkah awal menuju standar baru bagi bangunan pesantren. Tak hanya akan diperiksa kekuatan struktur, tetapi juga sistem keselamatan, ventilasi, hingga jalur evakuasi bila terjadi bencana.

Pendekatan Humanis dan Pembangunan Berkelanjutan

Selain aspek teknis, Prabowo juga menyoroti perlunya pendekatan humanis dalam penanganan dampak tragedi. Pemerintah diminta memberikan pendampingan psikologis bagi keluarga korban serta bantuan sosial bagi pesantren yang terdampak.

Muhaimin Iskandar diharapkan bisa menggandeng pemerintah daerah untuk mempercepat pelaksanaan instruksi Presiden. Sinergi lintas lembaga menjadi kunci agar proses pemeriksaan dan perbaikan berjalan cepat tanpa mengganggu kegiatan belajar para santri.

Langkah-langkah tersebut menunjukkan perhatian besar pemerintah terhadap lembaga pendidikan keagamaan. Prabowo ingin memastikan bahwa program pembangunan nasional juga menyentuh sektor keagamaan, termasuk peningkatan kualitas fasilitas pesantren yang selama ini menjadi bagian penting dari pendidikan karakter bangsa.

Tragedi Sebagai Titik Balik Pengawasan Bangunan Pendidikan

Musibah di Ponpes Al Khoziny menjadi pengingat bahwa pengawasan terhadap infrastruktur pendidikan harus dilakukan secara menyeluruh, tidak hanya pada sekolah umum, tetapi juga pesantren.

Melalui instruksi tegas kepada Menko Pemberdayaan Masyarakat, pemerintah berupaya menciptakan sistem preventif agar setiap bangunan pesantren memiliki kekuatan dan keamanan sesuai standar.

Ke depan, evaluasi ini diharapkan dapat memperkuat koordinasi antarinstansi dalam menjaga keselamatan warga pesantren di seluruh Indonesia. Pemeriksaan struktur bangunan dan pembenahan fasilitas bukan sekadar reaksi terhadap tragedi, melainkan investasi untuk masa depan dunia pendidikan keagamaan.

Dengan langkah ini, Presiden Prabowo menunjukkan bahwa keselamatan santri dan kualitas bangunan pesantren merupakan bagian tak terpisahkan dari agenda pembangunan nasional yang berkeadilan dan berkelanjutan.

Terkini