Harga Minyak Mentah: WTI Turun, Brent Naik Akibat Dinamika Tarif Internasional

Rabu, 05 Februari 2025 | 11:26:31 WIB
Harga Minyak Mentah: WTI Turun, Brent Naik Akibat Dinamika Tarif Internasional

JAKARTA - Harga minyak mentah kembali menunjukkan pergerakan yang berbeda pada perdagangan Selasa, seperti yang dilaporkan pada Rabu WIB. Situasi global yang fluktuatif ini membawa pengaruh signifikan pada harga minyak West Texas Intermediate (WTI) dan minyak mentah Brent. Pada saat pasar internasional dihadapkan pada sejumlah ketidakpastian, dua jenis minyak mentah utama ini mencatatkan kinerja yang berlawanan.

Menurut laporan dari Investing.com yang diterbitkan pada 5 Februari 2025, harga minyak WTI untuk pengiriman Maret 2025 turun sebesar 46 sen, atau sekitar 0,63 persen, menjadi USD72,7 per barel di New York Mercantile Exchange. Sebaliknya, harga minyak mentah Brent untuk pengiriman April 2025 mencatat kenaikan sebesar 24 sen, atau sekitar 0,32 persen, menjadi USD76,2 per barel di London ICE Futures Exchange. Pergerakan harga yang berlawanan ini mencerminkan dinamika pasar yang rumit akibat kebijakan perdagangan internasional.

Salah satu faktor utama yang mempengaruhi harga minyak kali ini adalah pengumuman tarif impor oleh Kementerian Keuangan Tiongkok. Tiongkok merencanakan tarif impor sebesar 15 persen untuk batu bara dan gas alam cair dari Amerika Serikat (AS), serta tarif 10 persen untuk minyak mentah, peralatan pertanian, dan beberapa produk otomotif AS. Kebijakan ini dijadwalkan mulai berlaku pada 10 Februari 2025. Langkah Tiongkok ini jelas merupakan respons terhadap tarif impor 10 persen yang diberlakukan AS terhadap produk Tiongkok sebelumnya.

"Pengumuman tarif dari Tiongkok ini menambah ketidakpastian pasar dan menekan harga minyak WTI," ujar analis energi dan kepala strategi pasar dari salah satu perusahaan pialang terkemuka. "Pasar merespons dengan cepat terhadap potensi penurunan permintaan dari salah satu konsumen terbesar di dunia."

Namun, di tengah ketegangan perdagangan antara dua raksasa ekonomi dunia ini, penandatanganan memorandum oleh Presiden AS Donald Trump memainkan peranan penting dalam pasar minyak global. Dengan memerintahkan Menteri Keuangan AS Scott Bessent untuk menerapkan tekanan ekonomi maksimal terhadap Iran, Trump telah memicu potensi pengurangan suplai dari Iran di pasar global. Iran, yang memproduksi sekitar 3,3 juta barel per hari, menjadi fokus perhatian setelah memorandum tersebut memungkinkan tekanan ekonomi yang lebih ketat, sejalan dengan kebijakan Trump di masa lalu.

Efek dari kebijakan ini membuat pasar Brent sedikit lebih kuat. "Tekanan terhadap Iran bisa menurunkan pasokan global, dan ini mendorong harga Brent naik," kata ekonom senior dari sebuah lembaga riset energi internasional. Meskipun Iran terus berusaha mempertahankan level produksi mereka, kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa pasar bersiap mengantisipasi tekanan lebih lanjut.

Kondisi pasar yang fluktuatif ini menggambarkan betapa rentannya harga minyak internasional terhadap perubahan kebijakan perdagangan dan geopolitik. Para pelaku pasar harus terus memonitor perkembangan-perkembangan terkini dari AS, Tiongkok, dan Iran yang sangat mempengaruhi keseimbangan permintaan dan penawaran global.

Di sisi lain, faktor-faktor lain seperti cuaca, permintaan musiman, dan cadangan minyak strategis juga bisa mempengaruhi harga lebih lanjut. Namun demikian, selama ketegangan perdagangan antara AS dan Tiongkok belum mencapai kesepakatan akhir, dan dengan adanya tekanan ekonomi terhadap Iran, pasar minyak internasional diproyeksikan tetap bergejolak untuk waktu yang tak dapat dipastikan.

Melihat situasi ini, beberapa analis menyarankan agar pelaku pasar tetap waspada dan bersiap untuk berbagai kemungkinan yang mungkin terjadi dalam waktu dekat. Sikap hati-hati sangat diperlukan untuk mengantisipasi pergerakan harga yang tiba-tiba dan tidak terduga di pasar minyak internasional.

Terkini