CIREBON - Seorang penggemar kereta api, yang kerap disebut sebagai railfans, terlibat dalam tindakan nekat dengan menumpang kereta tanpa tiket pada rute Jakarta-Yogyakarta. Pria yang hanya dikenali dengan inisial GGR ini akhirnya tertangkap oleh petugas di Cirebon setelah menempuh perjalanan panjang tanpa membayar sepeser pun. Penangkapan tersebut mengungkap modus baru yang digunakan oleh oknum railfans untuk menghindari deteksi di tengah sistem tiket kereta api yang semakin canggih.
Kejadian ini mengundang perhatian publik, terutama para pengguna jasa Kereta Api Indonesia (KAI) yang selama ini mengandalkan moda transportasi ini untuk perjalanan harian maupun jarak jauh. Krisbiyantoro, Manajer Humas KAI Daop 6, memberikan konfirmasi terkait insiden yang terjadi pada 25 Desember 2024. "Orang itu disinyalir sebagai railfans yang 'nakal'," ungkap Krisbiyantoro berdasarkan keterangan resmi yang diterima.
GGR dilaporkan memulai petualangan ilegalnya dengan menumpang KA 135 Bogowonto, keberangkatan dari Kroya menuju Yogyakarta. "Penumpang tanpa tiket ini terdeteksi oleh kondektur saat kereta melewati Stasiun Cirebon Prujakan," jelas Krisbiyantoro. Penumpang tersebut menimbulkan kecurigaan karena gerak-geriknya yang mencurigakan, sering keluar masuk toilet, dan tidak dapat menunjukkan tiket ketika diminta.
Menurut penelusuran lebih lanjut, GGR juga melakukan aksi serupa saat berangkat dari Jakarta. Dia diketahui menumpang dua kereta berbeda, yaitu Cikuray dan Kahuripan, menuju Stasiun Lempuyangan di Yogyakarta. Aksi nekat tersebut berhasil luput dari pengawasan petugas pada saat itu.
Pada perjalanan kembali dari Yogyakarta menuju Jakarta, GGR menggunakan KA Manahan hingga Kroya dan berlanjut dengan KA 135 Bogowonto. Sayangnya untuk GGR, aksinya kali ini gagal karena petugas kereta api yang bertugas lebih waspada dan segera mengambil tindakan saat penumpang tersebut tidak dapat menunjukkan tiket validnya.
Modus operandi dari oknum railfans ini cukup cerdik. GGR membeli tiket melalui aplikasi online seperti Traveloka, lalu mengambil tangkapan layar dari pemesanan tersebut tanpa menyelesaikan proses pembayaran. Modus ini digunakan untuk menipu petugas selama pengecekan tiket di stasiun.
"Saat di stasiun boarding, penumpang tersebut menunggu keramaian dan mendekati waktu keberangkatan kereta agar bisa mengakses area tersebut tanpa mencetak tiket," jelas Krisbiyantoro. "Strategi ini terbukti efektif di stasiun-stasiun yang belum menerapkan sistem boarding dengan fasilitas face recognition."
Insiden ini menyoroti kekurangan dalam sistem validasi tiket di beberapa stasiun kereta api, serta perlunya tindakan pencegahan lebih lanjut untuk mencegah kejadian serupa di masa mendatang. Pihak KAI diharapkan mengambil langkah-langkah strategis untuk meningkatkan pengawasan dan memerangi praktik-praktik curang yang merugikan perusahaan transportasi ini.
Setelah ditangkap, oknum railfans tersebut diturunkan di Stasiun Pasar Senen (PSE) untuk dimintai keterangan lebih lanjut. Perusahaan KAI menegaskan bahwa mereka tidak akan memberi toleransi terhadap penumpang-penumpang nakal yang merugikan operasional dan layanan publik.
Penangkapan ini menjadi pengingat penting bagi seluruh komunitas railfans dan masyarakat umum tentang pentingnya mematuhi peraturan dan aturan yang berlaku saat menggunakan fasilitas publik seperti kereta api. KAI berkomitmen untuk terus meningkatkan layanannya sekaligus memperketat pengawasan seiring dengan perkembangan teknologi di sektor transportasi rel.
Dengan meningkatnya kasus penipuan dan pelanggaran tiket, pengguna kereta api diharapkan lebih berhati-hati dan bertanggung jawab dalam setiap perjalanan mereka, menyediakan tiket yang sah dan mematuhi peraturan dianggap esensial untuk keberlanjutan layanan kereta api yang aman dan nyaman untuk semua penumpang.