DENPASAR - Dalam upaya mengimplementasikan transportasi berkelanjutan di Bali, Pemerintah Provinsi Bali menerima hasil kajian Sarbagita Electric Bus Rapid Transit (e-BRT) dan Ulapan Mobility Plan dari Pemerintah Australia. Acara ini diselenggarakan di Gedung Wiswa Sabha Utama, Kantor Gubernur Bali, Denpasar, dengan kehadiran Penjabat Gubernur Bali Sang Made Mahendra Jaya, Konsul Jenderal Australia Jo Stevens, serta perwakilan dari kabupaten/kota di kawasan Sarbagita (Denpasar, Badung, Gianyar, Tabanan).
Dalam sambutannya, Mahendra Jaya menekankan pentingnya kolaborasi antara semua pemangku kepentingan, baik di tingkat pusat, provinsi, maupun kawasan Sarbagita, untuk memperbaiki sistem transportasi di wilayah selatan Bali dengan bergotong-royong atau 'ngrombo'. "Kita perlu komitmen dan sumber daya yang besar, mulai dari pengadaan lahan hingga pembiayaan layanan," ujarnya.
Transportasi saat ini di Sarbagita belum mencapai standar transportasi maju yang diharapkan. Hal ini ditandai dengan dominasi kendaraan pribadi dalam mobilitas masyarakat, pertumbuhan kendaraan yang melampaui pertumbuhan panjang jalan, serta buruknya kualitas infrastruktur pejalan kaki. "Jika kita tidak segera bertindak, masalah ini dapat memburuk dan menimbulkan kerugian ekonomi, membuang energi, menurunkan daya saing pariwisata, dan menyumbang pada penurunan kualitas hidup masyarakat," jelas Mahendra Jaya.
Dukungan Australia Lewat Kajian KIAT
Pengembangan transportasi di Bali mendapat dorongan dari Pemerintah Australia melalui Kemitraan Indonesia Australia untuk Infrastruktur (KIAT). Kajian-kajian tersebut mencakup penyusunan Sustainable Urban Mobility Plan (SUMP) untuk kawasan Metropolitan Sarbagita, kajian e-BRT, Ulapan Mobility Plan, dan Kuta Circulator. Mahendra Jaya mengapresiasi dukungan Australia ini dan menegaskan bahwa perbaikan mobilitas di Sarbagita harus integratif, mencakup lintas sektor dan lintas kewenangan.
"Perbaikan mobilitas tidak cukup hanya dengan menyediakan transportasi publik pada jalur utama. Kita perlu menyediakan feeder, angkutan first mile/last mile, perbaikan fasilitas pejalan kaki, serta pengaturan logistik," tambahnya.
Ia juga menekankan komitmen Pemprov Bali dalam mengalokasikan sumber daya dan menetapkan kebijakan sesuai hasil kajian KIAT. "Salah satu wujud komitmen ini adalah penyediaan lahan milik Pemprov Bali untuk dimanfaatkan sebagai depo dan pembangunan sarana penunjang proyek e-BRT," katanya.
Konsul Jenderal Australia: Dukungan untuk Transportasi Inklusif
Konsul Jenderal Australia, Jo Stevens, menekankan bahwa pemerintahnya berkomitmen mendukung pengembangan transportasi di Indonesia agar lebih inklusif dan dapat diakses oleh semua kalangan. "Australia telah berkontribusi melalui kajian studi kelayakan untuk proyek Sarbagita di beberapa rute yang direncanakan," ungkapnya.
Stevens juga berharap bahwa transfer pengetahuan selama ini dapat bermanfaat bagi Indonesia, khususnya Bali. "Kami terus mendukung kesetaraan hak penyandang disabilitas, dan berfokus pada perempuan serta kelompok rentan dengan mengimplementasikan kebijakan tersebut dalam transportasi publik," tambahnya. Ia juga mengusulkan penggunaan transportasi zero emission untuk memitigasi kemacetan sejalan dengan komitmen global terhadap perubahan iklim.
Tantangan Transportasi di Bali
Kepala Dinas Perhubungan Provinsi Bali, I GW Samsi Gunarta, menyatakan bahwa Bali saat ini sangat memerlukan transportasi publik untuk mengatasi kemacetan yang semakin parah, terutama dengan proyeksi kunjungan wisatawan domestik dan internasional yang mencapai 13 juta orang pada tahun 2024. "Kemacetan di Bali bukan isu baru. Dulu disebabkan oleh banyaknya bemo, kini kendaraan pribadi. Kami berharap rencana dari KIAT bisa menjadi solusi," kata Samsi Gunarta.
Dengan adanya komitmen dan dukungan dari berbagai pihak, termasuk dari Pemerintah Australia, Bali bergerak menuju pembangunan sistem transportasi yang lebih modern, efisien, dan berkelanjutan. Langkah ini tidak hanya akan meningkatkan kualitas hidup masyarakat, tetapi juga mengintegrasikan Bali ke dalam jaringan transportasi global yang lebih baik.