BAROMBONG - Setelah hujan deras mengguyur Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, sepanjang hari Minggu 15 Desember 2024, bencana banjir kembali mengancam beberapa wilayah. Hujan yang berlangsung dari pagi hingga malam tersebut menyebabkan genangan air di sejumlah perumahan dan daerah di wilayah ini, khususnya di Perumahan Riballa Bhayangkara, Desa Kanjilo, Kecamatan Barombong. Meskipun hujan telah reda, air justru mulai merendam rumah- rumah warga saat Senin, 16 Desember 2024 pada waktu dini hari.
Kondisi ini mengejutkan warga Perumahan Riballa Bhayangkara, yang awalnya merasa aman saat hujan deras mengguyur. Tepat pada pukul 03.00 WITA, air tiba-tiba memasuki rumah mereka, mencapai ketinggian di atas mata kaki orang dewasa. Situasi tersebut memaksa beberapa warga untuk melakukan evakuasi mandiri saat air terus naik.
"Saya mengungsi memangmi ke Yosda (Jl Yos Sudarso Makassar) sebelum air naik sepinggang," ungkap Reni (29), warga Perumahan Riballa Bhayangkara blok D, mengisahkan kepanikannya saat air dengan cepat merendam rumahnya.
Sejak dini hari hingga pukul 09.30 WITA, rumah-rumah di setiap blok di perumahan tersebut masih terendam. Di blok C4, misalnya, genangan air di dalam rumah mencapai di atas mata kaki, sementara di depan rumah dan jalanan, air sudah setinggi betis orang dewasa. Meskipun situasinya memprihatinkan, sebagian besar warga memilih bertahan di rumah seraya menanti air surut.
Tidak jauh dari sana, bencana serupa juga melanda Kota Makassar. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Makassar melaporkan bahwa 11 kecamatan terendam banjir, dengan total 27 titik genangan yang tersebar di 19 kelurahan. Beberapa kecamatan yang terdampak banjir antara lain Manggala, Panakkukang, Biringkanaya, dan Tallo.
Dari keempat belas kecamatan tersebut, lima di antaranya memerlukan evakuasi warga. "Kami telah melakukan asesmen terhadap warga terdampak banjir, dan ada 5 kecamatan serta 6 kelurahan yang diungsikan," ungkap Achmad Hendra Hakamuddin, Kepala Pelaksana BPBD Kota Makassar.
Evakuasi dilakukan di beberapa titik, termasuk Masjid Jabal Nur dan Masjid Makkah Al Mukarrama di Kecamatan Manggala, serta di Masjid Al Qudus untuk warga di Kecamatan Mamajang. "Total pengungsi mencapai 528 jiwa dari 159 KK, yang tersebar di 7 titik pengungsian," lanjut Achmad.
Bencana ini disebabkan oleh luapan air dari aliran sungai dan drainase yang kewalahan menampung curah hujan tinggi. Menyikapi situasi ini, BPBD Makassar bekerja sama dengan berbagai Organisasi Perangkat Daerah (OPD) dan mitra lainnya melakukan evakuasi dan menyalurkan bantuan logistik. Bantuan meliputi kebutuhan dasar seperti makanan dan air bersih, serta pendampingan bagi warga yang mengungsi. Bantuan tersebut sudah mulai disalurkan sejak siang sebelumnya di beberapa titik, khususnya di Kecamatan Mamajang.
Upaya penanggulangan bukan hanya berfokus pada penyediaan kebutuhan dasar warga mengungsi, namun juga memperbaiki dan memelihara saluran-saluran air agar peristiwa serupa dapat diantisipasi di masa depan. “Kami berharap kondisi ini segera berakhir dan para warga dapat kembali ke rumah mereka masing-masing,” pungkas Achmad.
Masih banyak pekerjaan rumah untuk dilakukan guna mencegah bencana serupa terulang. Ketergantungan pada infrastruktur lama yang belum mampu menahan debit air harus segera diatasi. Penduduk setempat juga diharapkan lebih waspada dan mengikuti arahan dari pihak berwenang selama musim hujan, guna meminimalisir dampak yang jauh lebih besar.