DENPASAR – Proyek pembangunan jalan tol Gilimanuk-Mengwi yang sepanjang ini menjadi topik hangat di Bali dipastikan akan berlanjut. Lembaga Manajemen Aset Negara (LMAN) sudah menetapkan anggaran sebesar Rp 500 miliar untuk ganti rugi lahan, dan realisasinya dijadwalkan pada tahun 2025 mendatang.
Isu mengenai pembebasan lahan selama ini menjadi salah satu hambatan terbesar dalam kemajuan proyek ini. Tidak jarang masyarakat menggelar demonstrasi untuk meminta kejelasan tentang kelanjutan proyek tersebut. Ketua Tim Pengadaan Tanah (TPT) Tol Mengwi-Gilimanuk, Johannes Tumpal Panjaitan, memastikan bahwa target pembangunan infrastruktur ini akan mulai dilaksanakan pada tahun 2025.
Merujuk pada dokumen Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT), proyek Tol Gilimanuk-Mengwi telah memasuki tahap prakualifikasi. Jalan tol yang akan membentang sepanjang 96,84 kilometer ini diperkirakan menelan investasi sebesar Rp 25,404 triliun. “Untuk dana pengadaan tanah dari LMAN sebesar Rp 500 miliar,” ujar Johannes.
Ruang lingkup proyek ini meliputi pendanaan, perencanaan teknis, pengoperasian, pemeliharaan, serta pelaksanaan konstruksi jalan tol secara keseluruhan dalam porsi Badan Usaha Jalan Tol (BUJT). Tidak hanya sekadar membangun, proyek ini juga ditargetkan untuk mendukung pembangunan berkelanjutan di Bali, terutama di daerah Jembrana, Tabanan, dan Badung yang akan dilalui tol ini.
Dalam sebuah kesempatan, Gubernur Bali, I Wayan Koster, sempat menyatakan komitmen pemerintah daerah untuk mendukung kelanjutan proyek tol ini sebagai bagian dari rancangan pembangunan infrastruktur yang berkelanjutan di Bali. "Proyek ini sangat penting untuk memfasilitasi mobilitas masyarakat dan mendukung perekonomian lokal," tutur Koster dalam sebuah wawancara sebelumnya.
Banyak pihak melihat proyek ini sebagai jawaban untuk memperlancar arus transportasi dan menggerakkan ekonomi di provinsi tersebut. Dengan adanya akses tol, diharapkan distribusi barang dan perjalanan masyarakat akan menjadi jauh lebih efisien dibandingkan dengan kondisi jalan saat ini.
Sementara itu, ada pro dan kontra yang muncul di kalangan masyarakat, terutama yang terdampak langsung oleh proyek ini. Beberapa sekolah yang dilewati jalur tol mengalami pengelompokan ulang atau "regrouping", dan ini menimbulkan kekhawatiran bagi sebagian orang tua murid.
Namun, TPT bersama dengan pihak terkait berjanji untuk menangani hal ini dengan bijak. Johannes menjelaskan, "Kami akan memastikan tidak ada pihak yang dirugikan dan semua akan mendapatkan kompensasi yang adil. Pendekatan ini melibatkan komunikasi dengan masyarakat setempat agar proses ini bisa berlangsung dengan harmonis."
Sampai saat ini, proyek Tol Gilimanuk-Mengwi memang masih dalam fase awal, namun pihak-pihak terkait diharapkan dapat menyelesaikan segala kendala agar proyek ini bisa diwujudkan tepat waktu. Jika sesuai dengan jadwal, masyarakat Bali akan melihat terobosan infrastruktur besar ini pada akhir dekade ini, membawa perubahan positif bagi seluruh wilayah yang dilaluinya.
Secara keseluruhan, proyek Tol Gilimanuk-Mengwi diharapkan tidak hanya membantu mengatasi kemacetan lalu lintas, tetapi juga meningkatkan daya saing Bali sebagai tujuan wisata internasional. Dalam jangka panjang, manfaat ekonomis yang dibawa oleh tol ini diharapkan dapat dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat.
Rencana ini memang ambisius, tetapi penantian panjang masyarakat Bali mungkin segera berakhir dengan kabar baik bahwa proyek pembangunan tol ini semakin dekat untuk menjadi realitas. Masyarakat kini hanya dapat berharap agar segala sesuatunya berjalan sesuai rencana, sehingga Bali dapat menikmati infrastruktur yang lebih baik dan lebih modern di masa depan.