Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) mengintensifkan upayanya untuk merangsang pertumbuhan ekonomi dan perdagangan regional dengan memperkuat jaringan transportasi dan logistik. Seperti dilaporkan oleh Channel News Asia, inisiatif ini diharapkan tidak hanya meningkatkan konektivitas antarnegara tetapi juga memperkuat posisi kawasan dalam menghadapi risiko geopolitik dan ekonomi global yang semakin meningkat.
Menteri Transportasi Malaysia, Anthony Loke, menekankan pentingnya langkah ini dengan mengatakan, "Di ASEAN, kami telah melakukannya dengan cukup baik," menggambarkan progres positif yang telah dicapai melalui kebijakan langit terbuka yang secara signifikan meningkatkan konektivitas antarnegara di kawasan tersebut.
Namun, upaya untuk meningkatkan sistem transportasi dan logistik ASEAN bukannya tanpa hambatan. Para pengamat menilai bahwa tantangan utama yang dihadapi adalah menyederhanakan sistem bea cukai dan menghilangkan birokrasi yang menghambat. Loke menggarisbawahi pentingnya mengatasi tantangan ini, dengan menekankan bahwa "menghilangkan penghalang hanya menguntungkan satu negara, tetapi juga menguntungkan kawasan secara keseluruhan."
Salah satu fokus utama dalam upaya ini adalah digitalisasi pelabuhan, yang dirancang untuk memungkinkan pelabuhan-pelabuhan di kawasan Asia Tenggara berbagi informasi dengan lebih efisien sehingga menjadi lebih kompetitif di pasar global. Selain itu, pengembangan jaringan kereta api juga menjadi prioritas. Seperti yang dijelaskan Loke, "Jaringan kereta api juga penting. Ada mata rantai yang hilang yang telah diperbaiki saat ini, terutama antara Laos dan Tiongkok."
Peluncuran layanan kereta kargo ASEAN Express pada bulan Juni yang menghubungkan Malaysia ke Tiongkok melalui Thailand dan Laos menandai langkah signifikan ke arah ini. Namun, perjalanan yang seharusnya memakan waktu delapan hari ini akhirnya berlangsung hampir dua minggu akibat perbedaan ukuran rel dan penanganan bea cukai di perbatasan. Masalah ukuran rel, yang merujuk pada jarak antara dua rel kereta api, menjadi salah satu hambatan utama bagi kelancaran operasi jaringan kereta api yang lebih luas. Perbedaan ini terlihat jelas di perbatasan Thailand dan Laos, di mana perlu pengangkatan setiap kotak kontainer dari satu ukuran rel ke lainnya.
Thailand, yang diwakili oleh Wakil Perdana Menteri merangkap Menteri Transportasi Suriya Juangroongruangkit, menyatakan kesiapan negara tersebut untuk mendukung peningkatan konektivitas antarnegara melalui proyek perluasan jaringan rel ganda. Proyek ambisius ini, yang dijadwalkan selesai pada tahun 2028, bertujuan untuk menciptakan rute perdagangan internasional baru dan mempersingkat waktu tempuh kapal, terutama dengan membangun jembatan darat yang menghubungkan Laut Andaman dan Teluk Thailand.
Meskipun kemajuan infrastruktur signifikan, pelaku industri menekankan bahwa infrastruktur saja tidak akan cukup untuk mencapai tujuan tersebut. "Pertanyaan kuncinya sekarang adalah, dapatkah mereka membuatnya mulus, dapatkah mereka membuatnya terjangkau?" ujar Ruben Emir Gnanalingam, Ketua Eksekutif Westports, operator pelabuhan terbesar yang terdaftar di Malaysia.
Kekhawatiran ini mencerminkan tantangan dalam menjadikan gerakan ini sebagai pilihan yang lebih efisien dan ekonomis dibanding alternatif lainnya. Gnanalingam menambahkan, "Karena kalau tidak, Anda tidak dapat memasarkannya, Anda tidak dapat mempromosikannya sebagai pilihan, karena akan lebih mahal."
Pentingnya kolaborasi terlihat jelas dari ini. Chris Humphrey, Direktur Eksekutif Dewan Bisnis UE-ASEAN yang berpusat di Singapura, mengingatkan bahwa meskipun negara-negara ASEAN menunjukkan kesatuan di satu sisi, kompetisi untuk menarik investasi asing langsung (FDI) dan perdagangan di antara mereka masih sangat ketat. "Kita perlu memastikan bahwa daripada bersaing, kita benar-benar memanfaatkan kekuatan satu sama lain," tegas Humphrey.
Inisiatif perkuatan transportasi dan logistik ASEAN ini menyoroti tekad kawasan untuk tidak hanya mengatasi tantangan internal tetapi juga untuk memantapkan posisinya dalam persaingan global. Kunci keberhasilannya terletak pada kerjasama lintas negara yang solid dan implementasi kebijakan yang efektif untuk nyatanya membawa manfaat ekonomi yang berkelanjutan bagi semua anggota.