Triwulan III 2024, Harga Properti Residensial di Bali Alami Peningkatan Berdasarkan Survei Bank Indonesia

Kamis, 05 Desember 2024 | 13:56:56 WIB
Triwulan III 2024, Harga Properti Residensial di Bali Alami Peningkatan Berdasarkan Survei Bank Indonesia

DENPASAR – Laporan terbaru dari Survei Harga Properti Residensial (SHPR) Bank Indonesia Provinsi Bali menunjukkan adanya peningkatan harga properti residensial di pasar primer. Ini merupakan indikator penting bagi para calon pembeli dan pelaku industri properti di Bali, terutama mengingat fase pertama penjualan rumah biasanya menjadi patokan penting nilai properti di masa mendatang.

Perkembangan tersebut tercermin dalam Indeks Harga Properti Residensial (IHPR) untuk periode triwulan III 2024 yang mencapai nilai 104,53. Dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mencatatkan angka 104,27, terdapat pertumbuhan tahunan sebesar 1,76% (year-on-year). Kenaikan ini menjadi sorotan utama, mengingat stabilitas harga properti residensial memainkan peranan penting dalam sektor ekonomi dan investasi di Bali.

Kenaikan Harga di Berbagai Tipe Properti

Bank Indonesia mencatat bahwa peningkatan IHPR pada triwulan ini didorong oleh kenaikan harga di tiga tipe properti utama yaitu tipe kecil, menengah, dan besar. Rumah dengan luas bangunan kurang dari 36 m2 mengalami kenaikan 1,54% (yoy). Sementara, tipe menengah dengan luas antara 36 m2 hingga 70 m2 mencatat kenaikan tertinggi sebesar 2,44% (yoy). Sedangkan, rumah dengan luas bangunan lebih dari 70 m2 mengalami peningkatan harga sebesar 1,55% (yoy).

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali, Erwin Soeriadimadja, menjelaskan bahwa salah satu faktor utama yang mempengaruhi pertumbuhan IHPR adalah kenaikan harga bangunan. "Berdasarkan hasil survei, 43% responden menyatakan bahwa kenaikan harga bangunan menjadi penyebab utama kenaikan harga unit rumah. Sementara itu, penjualan terbesar pada triwulan III 2024 adalah rumah tipe menengah sebesar 45% dan tipe rumah kecil sebesar 37%," ujar Erwin.

Faktor Penghambat dan Sumber Pembiayaan

Meskipun pasar properti residensial di Bali menunjukkan pertumbuhan yang positif, beberapa tantangan masih membayangi pengembang dan penjual properti. Suku bunga KPR yang tinggi, kebutuhan uang muka besar, serta masalah perizinan dan birokrasi merupakan beberapa faktor yang menghambat perkembangan properti residensial primer di Bali. Kenaikan harga bahan bangunan juga turut menambah beban bagi para pengembang dan pembeli.

Survei tersebut juga mengungkapkan bahwa dana perbankan menjadi sumber utama pembiayaan pembangunan properti residensial di Bali dengan porsi 44%. Sementara itu, dana sendiri dari pengembang menyumbang sebesar 47% dan sisanya, 9%, berasal dari uang muka pembeli rumah.

Erwin menambahkan bahwa mayoritas pembelian rumah primer dilakukan melalui skema pembiayaan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) yang mencapai 65%. "Adapun skema pembiayaan lainnya seperti Cash Bertahap dan Cash Keras masing-masing menguasai 33% dan 2% dari total penjualan rumah primer di Provinsi Bali," tutup Erwin.

Dengan dukungan dari berbagai sumber pembiayaan, serta kenaikan harga yang terus berlanjut, pasar properti residensial di Bali menunjukkan prospek cerah di tahun mendatang. Namun, para pelaku industri dan calon pembeli diharapkan dapat memantau perkembangan suku bunga serta kebijakan pemerintah terkait perizinan untuk memaksimalkan investasi mereka. Ke depannya, dengan perhatian pada aspek-aspek tersebut, potensi pertumbuhan pasar properti residensial di Bali tetap terbuka lebar.

Terkini

Spinjam Cair Berapa Lama? Simak Penjelasan Ini!

Senin, 22 September 2025 | 23:32:14 WIB

Hukum Zakat Emas Perhiasan dan Cara Menghitungnya

Senin, 22 September 2025 | 23:32:10 WIB

Simulasi KPR BTN Terbaru, Berdasarkan Harga dan Tenor Rumah

Senin, 22 September 2025 | 23:32:08 WIB

7 Rekomendasi Harga Tv Led 32 Inch Terbaik di Indonesia 2025

Senin, 22 September 2025 | 23:32:07 WIB