Starbucks

Starbucks Tutup 100 Toko, Strategi Perbaiki Penjualan AS

Starbucks Tutup 100 Toko, Strategi Perbaiki Penjualan AS
Starbucks Tutup 100 Toko, Strategi Perbaiki Penjualan AS

JAKARTA - Starbucks mengambil langkah signifikan untuk menutup lebih dari 100 gerai di Amerika Utara, termasuk beberapa toko di Inggris, sebagai bagian dari upaya restrukturisasi bisnis. Perusahaan juga berencana memangkas sekitar 900 posisi karyawan di AS untuk menekan biaya dan meningkatkan efisiensi operasional.

CEO Starbucks, Brian Niccol, menyampaikan keputusan ini dilakukan setelah evaluasi kinerja gerai, dengan tujuan memperbaiki pengalaman pelanggan dan membangkitkan kembali penjualan yang menurun. “Toko-toko yang akan ditutup tidak mampu menciptakan lingkungan fisik yang diharapkan pelanggan dan mitra kami, atau tidak menunjukkan jalur menuju kinerja keuangan yang baik,” kata Niccol.

Starbucks menegaskan bahwa meski ada penutupan, perusahaan tetap berada di jalur ekspansi, dengan rencana membuka 80 gerai baru di Inggris dan 150 toko tambahan di seluruh wilayah EMEA (Eropa, Timur Tengah, dan Afrika) selama tahun keuangan ini.

Dampak Penutupan Toko dan PHK

Langkah ini akan berdampak langsung pada mitra Starbucks. Sekitar 900 karyawan di AS akan terkena PHK sebagai bagian dari penyesuaian operasional. Perusahaan menjelaskan bahwa pengurangan ini terutama terjadi pada staf toko, yang sebagian besar berada di gerai dengan kinerja rendah.

Penutupan toko terjadi setelah penurunan penjualan kuartalan keenam berturut-turut di AS, pasar terbesar dan paling penting bagi Starbucks. Saham perusahaan melemah lebih dari 8% sepanjang tahun ini, menandai tekanan nyata terhadap bisnis yang selama ini menjadi andalan perusahaan.

Starbucks menekankan bahwa keputusan ini bukan sekadar tentang angka, tetapi juga soal menjaga kualitas pengalaman pelanggan dan lingkungan kerja bagi para mitra. “Kami memahami ini akan berdampak pada mitra dan pelanggan, namun tindakan ini perlu diambil agar perusahaan tetap kompetitif,” ujar Niccol.

Daftar Wilayah yang Terdampak

Meskipun perusahaan belum merinci seluruh toko yang ditutup, laporan awal menyebutkan beberapa lokasi di berbagai negara bagian AS dan kota besar. Misalnya di California, toko-toko di Los Angeles, San Francisco, Hermosa Beach, dan Santa Monica masuk dalam daftar penutupan.

Di Washington DC, gerai di Columbia Road NW, New York Ave NW, dan Georgia Ave NW termasuk yang terdampak. Sementara di New York, toko di Manhattan, Brooklyn, Long Island City, dan Astoria juga disebut-sebut akan ditutup. Beberapa kota lain yang terdampak adalah Baltimore (Maryland), Medford dan Portland (Oregon), Minneapolis (Minnesota), dan San Antonio (Texas).

Di Eropa, beberapa gerai di Inggris, Swiss, dan Austria juga akan ditutup sebagai hasil dari peninjauan portofolio. Hal ini dilakukan untuk memfokuskan sumber daya pada lokasi yang memiliki prospek pertumbuhan lebih tinggi.

Strategi Perbaikan Penjualan dan Operasional

Langkah ini sejalan dengan upaya Starbucks sejak Februari 2025, ketika perusahaan memangkas 1.100 pekerjaan dan menyederhanakan menu di AS. Strategi tersebut bertujuan untuk memudahkan operasi toko, mempercepat layanan, dan meningkatkan efisiensi, terutama di tengah tren penurunan kunjungan pelanggan.

Niccol menambahkan bahwa pengurangan toko akan membantu perusahaan mengoptimalkan lokasi yang ada, mengurangi waktu tunggu pelanggan, serta meningkatkan kualitas layanan di gerai yang tersisa. Dengan fokus pada toko dengan performa terbaik, Starbucks berharap dapat memperkuat posisi kompetitif di pasar yang semakin menantang.

Selain itu, perusahaan juga memprioritaskan ekspansi di wilayah EMEA, di mana tren pertumbuhan kopi dan minuman specialty masih tinggi. “Kami tetap menanamkan investasi untuk membuka toko baru, memastikan pertumbuhan berkelanjutan di pasar internasional,” kata Niccol.

Tantangan Pasar dan Harapan Pemulihan

Starbucks menghadapi tantangan penjualan yang konsisten di AS, yang menjadi pasar terbesarnya. Tekanan ini dipengaruhi oleh perubahan perilaku konsumen, meningkatnya persaingan dari jaringan kopi lokal dan global, serta fluktuasi ekonomi yang memengaruhi daya beli masyarakat.

Niccol, yang bergabung sebagai CEO tahun lalu setelah enam tahun memimpin Chipotle Mexican Grill, berfokus pada restrukturisasi yang cepat namun strategis. Pengalaman sebelumnya dalam menggandakan penjualan di Chipotle menjadi acuan untuk mengembalikan performa Starbucks di pasar inti AS.

Ke depan, perusahaan berharap kombinasi penutupan gerai dengan ekspansi selektif akan mengurangi beban biaya, meningkatkan efisiensi operasional, dan memberikan pengalaman pelanggan yang lebih baik. Strategi ini diharapkan membawa Starbucks kembali ke jalur pertumbuhan sekaligus menjaga komitmen terhadap karyawan dan komunitas.

Starbucks kini menghadapi momen penting dalam sejarahnya, menggabungkan penyesuaian internal dan ekspansi strategis untuk menghadapi dinamika pasar. Meskipun penutupan toko dan PHK menjadi langkah sulit, fokus perusahaan tetap pada penguatan pengalaman pelanggan, kualitas layanan, dan pertumbuhan jangka panjang di pasar global.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index