Proyek Tol

Mega Proyek Tol Demak ke Tuban: Menyambungkan Jawa, Membelah Desa

Mega Proyek Tol Demak ke Tuban: Menyambungkan Jawa, Membelah Desa
Mega Proyek Tol Demak-Tuban: Menyambungkan Jawa, Membelah Desa

Pembangunan Jalan Tol Demak-Tuban sepanjang 180,58 kilometer kini menjadi salah satu proyek strategis nasional yang menggeliat di pulau Jawa. Proyek jalan tol ini diharapkan tidak hanya memperlancar konektivitas antardaerah, tetapi juga memberi dampak signifikan bagi perekonomian lokal. Namun, sisi lain dari proyek ini menunjukkan fakta yang tak dapat diabaikan: dampaknya terhadap sejumlah desa dan kecamatan di Kabupaten Tuban, Jawa Timur.

Dampak Skala Besar di Kabupaten Tuban

Proyek Tol Demak-Tuban akan menghantam setidaknya 40 desa dan lima kecamatan di Kabupaten Tuban. Dalam tahap awal pembangunan, sebanyak 35 desa akan terkena dampak langsung akibat pembebasan lahan dan pembangunan infrastruktur. Adapun di Kecamatan Bancar, terdapat sembilan desa yang teridentifikasi turut terdampak. Desa-desa tersebut antara lain Jatisari, Karangrejo, Kayen, Latsari, Ngujuran, Siding, Sukoharjo, Tenggerkulon, dan Tlogoagung.

Pembangunan tol ini tidak hanya mencakup Kabupaten Tuban, tetapi juga melewati Kabupaten Demak, Kudus, dan Pati di Jawa Tengah, dengan lokasi titik awal yang akan terhubung dengan Jalan Tol Semarang-Demak. Akhir dari proyek ini akan bersinergi dengan rencana Jalan Tol Tuban-Lamongan-Gresik, membentuk satu kekuatan infrastruktur yang menyatukan dua provinsi besar di Pulau Jawa.

Investasi dan Pembangunan Berkelanjutan

Dengan anggaran investasi mencapai Rp 45,71 triliun, pembangunan ini tentunya menuntut perencanaan yang matang dan eksekusi yang tepat. Salah satu bagian yang menyita perhatian adalah anggaran Rp 2,68 triliun yang dialokasikan khusus untuk pembebasan lahan, menunjukkan betapa pentingnya aspek ini dalam mewujudkan proyek besar semacam ini.

Menurut data dari Kementerian PUPR, sisa dana akan digunakan untuk konstruksi fisik yang dilaksanakan dalam dua tahap. Tahap pertama direncanakan dimulai pada kuartal tiga tahun 2024 dan rampung pada kuartal kedua 2026, sedangkan tahap kedua akan berlangsung dari kuartal pertama 2027 hingga kuartal keempat 2028.

"Jalan Tol Demak–Tuban diharapkan bisa mengatasi hambatan lalu lintas dan meningkatkan efisiensi pengangkutan barang antar provinsi," ujar juru bicara Kementerian PUPR. Beliau menekankan pentingnya proyek ini bagi pertumbuhan ekonomi di kedua provinsi yang dilaluinya.

Teknologi dan Desain Infrastruktur

Secara desain, jalan tol ini dirancang dengan 2x2 lajur dalam satu lane, lebar lajur 2,6 meter, serta lebar bahu dalam dan luar masing-masing 1,5 meter dan 3 meter. Untuk memastikan keamanan dan kelancaran di masa depan, tol ini dirancang dengan lebar median 5,5 meter serta rumija mencapai 80 meter. Ruang bebas jalan utama direncanakan selebar 9 meter.

Dengan spesifikasi semacam itu, tol ini diharapkan mampu menampung perkiraan volume lalu lintas sebanyak 12.300 kendaraan per hari setelah beroperasi pada tahun 2026 mendatang.

Harapan dan Kekhawatiran

Bagi banyak penduduk yang terdampak, terutama di sembilan desa di Kecamatan Bancar, proyek ini membawa harapan sekaligus kekhawatiran. Ada yang menantikan kemungkinan peningkatan ekonomi dan akses yang lebih baik, sementara lainnya mencemaskan hilangnya tanah warisan yang menjadi mata pencaharian utama.

Agus, salah satu penduduk dari Desa Jatisari, mengungkapkan kegelisahannya, “Kami berharap ada solusi yang adil, sebab tanah ini adalah sumber penghidupan utama kami. Kami juga berharap proyek ini membawa perubahan yang nyata bagi daerah kami.”

Secara keseluruhan, proyek Jalan Tol Demak-Tuban adalah salah satu dari sekian banyak proyek infrastruktur di Indonesia yang diharapkan membawa pertumbuhan dan kemajuan. Namun, dampak sosial dan ekologis dari pembangunan ini tidak boleh diabaikan dan harus dikelola dengan bijaksana untuk memastikan bahwa manfaatnya terasa oleh seluruh lapisan masyarakat, terutama mereka yang berada di garis depan perubahan.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index