PEKANBARU - Pagi itu, ketika kabut pagi menyapu jalanan kota, Pekanbaru mulai bergeliat dengan kesibukan rutin sehari-hari. Di antara hiruk-pikuk kendaraan pribadi yang membanjiri ruas jalan, bus Trans Metro Pekanbaru TMP tampak berusaha menjalankan misinya: menyediakan moda transportasi publik yang layak di kota yang terus berkembang ini.
Diluncurkan pada 2009 sebagai bagian dari proyek percontohan Kementerian Perhubungan, TMP diharapkan menjadi simbol kemajuan transportasi di Pekanbaru. Sebagai bagian dari proyek bersama dengan enam kota lain di Indonesia, termasuk Yogyakarta, Solo, Manado, Batam dan Medan, TMP awalnya menawarkan delapan koridor yang menjangkau berbagai sudut kota. Armada TMP saat itu terdiri dari 15 hingga 20 unit bus, dan pada puncaknya, armada ini mencapai 70 unit.
Namun, seiring berjalannya waktu, tantangan demi tantangan menghadang. Meski permulaan TMP menggembirakan, dengan harapan untuk mengurangi kemacetan dan polusi, kenyataan yang dihadapi berbeda. Kendala berupa anggaran operasional menjadi salah satu masalah utama yang menyebabkan banyak jalur kini tidak aktif, dan armadanya merosot menjadi hanya sekitar 30 hingga 35 unit bus yang beroperasi.
Permasalahan di Tengah Ketidakstabilan Anggaran
Pekanbaru, dengan populasi lebih dari 1,1 juta jiwa yang bisa meningkat menjadi 1,5 juta pendatang di siang hari, memiliki kebutuhan akan transportasi publik yang sangat tinggi. Transportasi publik seperti TMP semestinya dapat menjadi solusi mobilitas urban, tetapi keterbatasan armada membuat harapan tersebut belum dapat terpenuhi. Hal ini mengakibatkan banyak penumpang harus bersabar menunggu bus dalam waktu yang lama, seperti yang dijelaskan oleh Mimi, seorang penumpang setia.
Jadwal kedatangan bus masih sering belum tepat waktu di beberapa koridor, ujar Mimi, mengungkapkan keluhan yang dirasakan banyak penumpang TMP lainnya.
Anggaran yang minim membuat TMP sangat bergantung pada subsidi pemerintah, yang mana seringkali tidak mencukupi untuk menutupi biaya operasional. Kami ingin memberikan layanan terbaik, tapi armada kami sangat terbatas. Setiap hari adalah perjuangan, keluh salah seorang petugas TMP ketika dihubungi. Di samping itu, banyak kendaraan yang sudah melebihi usia pakai, menambah berat tantangan pemeliharaan armada.
Solusi dan Jalan ke Depan
Meskipun menghadapi berbagai persoalan, TMP tetap memegang peran penting sebagai transportasi massal terintegrasi pertama di Pekanbaru. Ada berbagai langkah yang dapat diambil untuk memaksimalkan potensinya. Pertama adalah peningkatan anggaran untuk memastikan TMP mendapatkan dukungan dana operasional yang cukup, termasuk untuk perawatan dan pengadaan armada baru.
Digitalisasi layanan juga menjadi kunci peningkatan efisiensi. Aplikasi yang mendukung pelacakan bus dan pembelian tiket dapat membantu menjawab keluhan keterlambatan. Saat ini, banyak fitur dalam aplikasi MitraDarat tidak berfungsi dengan baik, seperti pelacakan keberadaan bus. Pembenahan ini dapat membuat sistem pembayaran dan pelacakan bus menjadi lebih efisien dan terpercaya.
Kemitraan dengan pihak swasta juga bisa menjadi opsi yang dipertimbangkan. Kolaborasi dengan sektor swasta dapat memberikan TMP sumber daya dan inovasi yang diperlukan untuk beradaptasi dan berkembang lebih lanjut. Dengan partisipasi pihak swasta, ada harapan TMP bisa meningkatkan kualitas layanan demi keberlanjutan jangka panjang.
Revitalisasi menjadi kata kunci untuk TMP. Dengan visi dan dukungan yang tepat, TMP berpotensi menjadi solusi mobilitas utama bagi warga Pekanbaru. Untuk mewujudkan hal ini, semua pihak, dari pemerintah hingga penumpang, harus bekerja sama mendukung dan mendorong perkembangan TMP ke arah yang lebih baik. Semoga TMP bisa kembali menjadi kebanggaan Kota Bertuah, menjawab kebutuhan transportasi publik yang lebih andal bagi seluruh warga.