SUMATERA UTARA - Proyek lanjutan pembangunan Tol Kutepat (Kuala Tanjung - Tebingtinggi - Parapat) harus terhenti di Pematangsiantar. Keputusan ini muncul setelah Presiden Prabowo Subianto memberikan instruksi untuk menghentikan proyek tol baru dan proyek-proyek besar lainnya. Instruksi tersebut disampaikan melalui Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) Kementerian PUPR.
Sony Sulaksono Wibowo, anggota BPJT, menyatakan bahwa keputusan ini berdasarkan perintah langsung dari Presiden Prabowo. "Ada instruksi langsung Presiden Prabowo untuk menghentikan beberapa proyek-proyek besar. Nah, tol juga berdampak tetapi yang akan kita hold dulu, yang kita akan hentikan dulu, itu adalah proyek-proyek yang belum berjalan," kata Sony di Jakarta.
Kelanjutan Proyek Jalan Tol: Penantian Panjang untuk Tol Siantar-Seribudolok-Parapat
Kelanjutan pembangunan tol baru ini menunggu kemampuan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2025. Salah satu ruas tol yang nasibnya masih menggantung adalah Seksi 5 Siantar - Seribudolok sepanjang 23,3 km dan Seksi 6 Seribudolok - Parapat sepanjang 16,7 km. Hingga kini, baik pembebasan lahan maupun proyek konstruksi untuk ruas ini belum dimulai, sesuai dengan laporan Monitoring BPJT Kementerian PUPR.
Sementara itu, proyek lanjutan pengerjaan ruas Tol Sinaksak - Pematangsiantar yang seharusnya rampung akhir 2024, kini harus ditunda. Proyek tol ini, sejauh 12,37 km, ditargetkan selesai pada Kuartal I Tahun 2025. Pembebasan tanah pada ruas ini mencapai 93,9 persen, sementara konstruksinya sudah selesai sekitar 89,0 persen.
Dampak Penghentian Proyek Tol: Potensi Keterlambatan Pariwisata dan Ekonomi
Penghentian proyek tol ini menggantungkan harapan masyarakat akan kemudahan akses menuju kawasan wisata Danau Toba. Tol Kuala Tanjung-Tebingtinggi-Parapat yang secara keseluruhan memiliki panjang 143,25 km dan terbagi menjadi 6 seksi, seharusnya menjadi tulang punggung konektivitas dari Medan ke Danau Toba.
Pada saat peresmian, Presiden Joko Widodo mengungkapkan optimisme bahwa proyek tol ini akan menyambungkan Medan dan Danau Toba, sehingga mengurangi waktu perjalanan signifikan dari 7-8 jam menjadi hanya 2 jam. "Jalan tol ini akan menjadi bagian dari Tol Trans Sumatera, sepanjang 2.994 Km. dan kita harapkan sampai akhir tahun tol Sumatera sudah tembus di 1.100 Km. Khusus jalan tol ini tinggal 40 Km lagi sampai Parapat di Danau Toba, tinggal sedikit sekali," sebut Jokowi.
Pembangunan tol ini tidak hanya berdampak pada industri pariwisata di Danau Toba, tetapi juga berpotensi menumbuhkan ekonomi lokal di sekitar koridor tol. Akses yang lebih cepat dan mudah diharapkan dapat memacu pertumbuhan ekonomi baru, terutama di sektor pariwisata dan logistik.
Tunggu Arahan Lanjutan: PT Hutama Marga Waskita
Hafiz Eko Diantoro, Specialist Public Relation PT Hutama Marga Waskita, menyatakan bahwa pihaknya masih menunggu arahan lebih lanjut dari pimpinan terkait kelanjutan proyek ini. "Insya Allah sebentar lagi ada (info), Mas. Nanti tunggu update berita dari kita ya," ujar Hafiz, menambahkan bahwa informasi lebih lanjut akan segera disampaikan.
Keputusan menghentikan dan meninjau ulang proyek-proyek besar ini adalah bagian dari kebijakan pemerintahan Prabowo Subianto untuk menjaga kestabilan fiskal dan memperhatikan prioritas anggaran negara. Namun, di sisi lain, kebijakan ini menimbulkan kekhawatiran akan dampaknya pada kelancaran transportasi dan perkembangan ekonomi wilayah Sumatera Utara, khususnya yang mengandalkan jalur tol sebagai akses utama.
Sejalan dengan visi pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan dan konektivitas antar daerah, penerapan kebijakan ini menjadi tantangan bagi pemerintah daerah dan masyarakat yang terdampak. Masyarakat Sumatera Utara kini hanya bisa berharap, proyek ini dapat segera menemukan titik terang demi keberlanjutan pembangunan yang telah dinanti-nantikan.