JAKARTA - PT PP (Persero) Tbk (PTPP), perusahaan konstruksi milik negara yang terkemuka di Indonesia, kini tengah mengarahkan strategi bisnis anak usahanya, PT PP Presisi Tbk (PPRE), untuk fokus menggarap proyek infrastruktur tambang. Langkah ini diambil setelah PTPP melakukan eksplorasi mendalam selama dua tahun terakhir dan mengidentifikasi tambang sebagai pasar yang sangat potensial.
Pasar Tambang: Peluang dan Tantangan
Menurut Direktur Utama PTPP, Novel Arsyad, sektor tambang menawarkan peluang yang menjanjikan dengan proyek-proyek bernilai fantastis, terutama di bidang pembangunan jalan angkut (hauling road) dan area penambangan nikel serta batu bara. "Kami sudah masuk ke tambang dan nilai kontrak kami di sana cukup besar. Inilah yang menjadi sasaran kenapa kami masuk ke area tersebut. Sebab, jika dikelola dengan baik, pasar tambang menjanjikan hasil usaha yang bagus," ujar Novel dalam wawancaranya dengan Investor Daily baru-baru ini.
Novel juga menambahkan bahwa potensi pasar tambang diperkirakan akan terus menggiurkan hingga 20 tahun ke depan. Hal ini didukung oleh adanya proyek besar di Morowali dan Weda Bay yang dikelola oleh perusahaan BUMN lainnya seperti PT Vale Indonesia Tbk (INCO) dan PT Aneka Tambang Tbk (ANTM). Di Morowali, misalnya, INCO tengah menggarap proyek nikel senilai USD 2,3 miliar atau sekitar Rp 36,78 triliun. Sementara itu, Antam sedang mengembangkan proyek pemurnian bijih nikel berteknologi pirometalurgi di Kawasan Industri Weda Bay Nickel, Maluku Utara.
Sinergi dan Diferensiasi dengan Teknologi Terbaru
PTPP juga melakukan langkah strategis lainnya dengan mengarahkan anak usaha lainnya, PT Lancarjaya Mandiri Abadi (LMA), untuk turut berperan dalam bisnis infrastruktur tambang. "Kalau PP Presisi ini bersaing dengan induk (PTPP) untuk pekerjaan jalan, menurut saya bukan pada tempatnya. Biarkan saja untuk pekerjaan jalan, jembatan, itu menjadi urusannya induk," ungkap Novel.
Untuk mendukung efisiensi dan efektivitas dalam menggarap proyek infrastruktur tambang, PTPP mengadopsi teknologi terbaru yang memperkuat posisinya di pasar yang kompetitif ini. Salah satu inovasi teknologi yang diimplementasikan adalah penggunaan Building Information Modeling (BIM). Teknologi BIM diterapkan mulai dari proses tender, konstruksi, hingga proyek diserahkan kepada pihak terkait. "Penggunaan teknologi ini tidak hanya meningkatkan akurasi estimasi volume pekerjaan, tetapi juga memperbaiki koordinasi desain dan kolaborasi antar-stakeholder," jelas Novel.
Teknologi BIM memungkinkan PTPP dan PPRE untuk menekan pemborosan, memanfaatkan sumber daya dengan lebih efisien, dan meningkatkan keselamatan kerja. Implementasi teknologi ini juga mendukung penerapan praktik Environmental, Social, and Governance (ESG) yang berkelanjutan, yang kini menjadi perhatian utama di industri konstruksi dan tambang.
Visi Jangka Panjang dan Kesiapan Menghadapi Tantangan
Visi PTPP untuk memperkuat posisinya di sektor tambang tidak hanya untuk keuntungan jangka pendek. Novel meyakini bahwa potensi besar di pasar tambang bisa menjadi penopang bisnis yang signifikan bagi perusahaan dalam beberapa dekade mendatang. "Kami percaya bahwa area seperti Morowali dan Weda Bay akan terus berkembang, dan kami ingin menjadi bagian dari perkembangan tersebut," tegas Novel.
Dengan inovasi dan strategi yang tepat, PTPP tidak hanya memperkuat posisi PPRE di industri pertambangan, tetapi juga memastikan bahwa mereka tetap relevan dan kompetitif di tengah tantangan pasar yang terus berkembang. Melalui penerapan teknologi mutakhir dan fokus yang tepat, PTPP siap untuk meraih peluang besar yang ditawarkan oleh sektor tambang di Indonesia.