UMKM

Rumah Tenun Mutiara Songket, UMKM Kesuksesan Aceh dengan Pendapatan Rp 300 Juta per Tahun

Rumah Tenun Mutiara Songket, UMKM Kesuksesan Aceh dengan Pendapatan Rp 300 Juta per Tahun
Rumah Tenun Mutiara Songket, UMKM Kesuksesan Aceh dengan Pendapatan Rp 300 Juta per Tahun

JAKARTA - Di sudut Gampong Krueng Kalee, Kecamatan Darussalam, Aceh Besar, berdiri sebuah usaha mikro kecil menengah (UMKM) yang telah mengukir kisah suksesnya. Rumah Tenun Mutiara Songket, sebuah nama yang tidak hanya menghidupkan kembali tradisi menenun yang diwariskan secara turun-temurun, tetapi juga menjadi bukti nyata dampak positif dari dukungan dan fasilitasi yang tepat. Dengan mengandalkan bantuan dari Bank Indonesia (BI), usaha ini berhasil mencapai omzet spektakuler, hingga Rp 300 juta per tahun.

Sejarah berdirinya Rumah Tenun Mutiara Songket dimulai pada tahun 1977. Berawal dari kebiasaan menenun yang dipelajari dari generasi sebelumnya, mereka memulai usaha ini dengan sangat sederhana. Putri Atika, Sekretaris sekaligus Bendahara Rumah Tenun Mutiara Songket, menceritakan awal perjalanan usaha ini dimulai dengan hanya satu alat tenun dan bahan baku yang sangat terbatas. "Pertama berdirinya, kan ada generasi pertama, tahun 1977. Jadi di situlah orang tua saya. Jadi belajarnya di generasi pertama. Jadi menenun mandiri lah dengan satu alat tenun dan terbatasnya bahan," ungkap Putri.

Strategi pengembangan Rumah Tenun Mutiara Songket mulai menemukan titik terang sejak akhir tahun 2018. Pada tahun itu, Bank Indonesia dan Dekranas (Dewan Kerajinan Nasional) memberikan dukungan nyata berupa pelatihan dan penyediaan alat serta bahan baku tambahan. Bantuan ini tampak dari penambahan sembilan alat tenun baru, yang secara signifikan meningkatkan kapasitas produksi mereka. "Di akhir tahun 2018, datanglah Bank Indonesia sama Dekranas. Jadi, membantu kami dalam membina kamilah. Jadi mengadakan pelatihan-pelatihan untuk meningkatkan lagi, untuk ada penerusnya," terang Putri.

Pada 2019, pelatihan lanjutan dilakukan untuk meningkatkan keterampilan dan kualitas motif tenun. Pelatihan ini berfokus pada penggunaan benang katun, sehingga Rumah Tenun Mutiara Songket dapat lebih memperkaya variasi produk yang ditawarkan. Dengan adanya fasilitas dan alat menenun baru, mereka kini mampu memproduksi hingga 20 set kain songket setiap bulan, meningkat drastis dari sebelumnya.

"Dengan mendapatkan kainnya yang lebih banyak. Karena kan sudah menambahkan alat sembilan lagi. Jadi dalam sebulan dapatlah 20 set kain sekarang," ujar Putri, menunjuk pada peningkatan produksi yang luar biasa.

Hingga 2023, Bank Indonesia terus memberikan dukungan dengan mengadakan pelatihan yang fokus pada pengembangan motif tenun, memberikan ruang yang lebih luas bagi para pengrajin untuk mengeksplorasi kreativitas. "Jadi, singkat cerita di tahun 2023, kita diadakan lagi pelatihan tersebut sama Bank Indonesia. Pelatihan buat motif tenun. Yang pertama sama Dekranas. Kedua, BI memberikan pelatihan buat motif. Dengan benang katun. Jadi di tahun itulah kami sudah berkembang seperti ini," jelas Putri.

Kini, Rumah Tenun Mutiara Songket telah memiliki sepuluh pengrajin yang secara rutin menghasilkan kain dan selendang songket. Masing-masing pengrajin mampu memproduksi dua set kain dan dua selendang setiap bulan. "Penenunnya ada 10 orang. Mereka menenun setiap hari. Satu kain, satu selendang. Jadi 2 kain, 2 selendang jadinya 2 set," tambahnya.

Proses pembuatan setiap kain songket di Rumah Tenun Mutiara Songket memerlukan ketelitian dan ketekunan tinggi, karena setiap motif dan tenunan dibuat secara manual. Hal inilah yang menjadi nilai jual utama produk mereka, yang kini telah dikenal luas di luar Aceh, hingga Jakarta dan Palembang. Dengan harga per set berkisar antara Rp 2 juta hingga 3 juta, produk mereka mendapat apresiasi konsumen karena kualitas unggul yang ditawarkan.

"Alhamdulillah sekarang sudah banyak link kita bilang kan. Jadi ada yang pesan, karena kan kita mempromosinya lewat social media. Jadi sudah banyak yang tahu. Harga tenun sekitaran Rp 2 juta, Rp 3 juta. Karena prosesnya, kualitasnya," ucap Putri.

Penjualan pun meningkat seiring dengan promosi yang gencar dilakukan melalui media sosial, mendorong omzet tahunan Rumah Tenun Mutiara Songket untuk terus melesat. Pada 2024, omzet mereka tercatat mencapai Rp 100 juta, sementara untuk tahun 2025, angka prediksi omzet bahkan bisa menyentuh Rp 300 juta, meskipun belum seluruhnya bersih dari biaya operasional. "Omz ketahunan kalau misalnya tahun kemarin sekitaran itu belum bersih tapi ya Rp 100 juta sekian lah. Tapi tahun ini sampai Rp 300 juta setahun itu belum bersihnya, masih kotor," kata Putri.

Dukungan dari Bank Indonesia terus mengalir, memberikan pelatihan berkelanjutan serta fasilitas, mendorong Rumah Tenun Mutiara Songket menjadi salah satu contoh sukses UMKM yang tidak hanya bertahan, tetapi juga berkembang pesat di tengah persaingan pasar. "Pendapatannya meningkat setelah dibina sama Bank Indonesia," pungkas Putri, menutup wawancara dengan harapan besar untuk masa depan usaha yang lebih cerah.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index